Rahim Pengganti

Bab 149 "Kecemburuan Daffa"



Bab 149 "Kecemburuan Daffa"

0Bab 149     

Kecemburuan Daffa.     

Daffa masih terus melihat bagaimana pria yang ada di sana, mencoba menggoda istrinya. Rasanya sudah snagat dongkol saat ini, ingin Daffa berada di samping Gina merangkul istrinya. Pernikahan ini, hanya orang terdekat dari Gina saja yang mengetahuinya, dan pihak kesatuan dimana Daffa bekerja.     

Selebihnya tidak ada yang tahu, hal itu terjadi karena permintaan Gina, ya saat itu dirinya hanya tidak ingin orang orang berfikir negatif, dan Gina juga belum siap mengenai pernikahan ini. Dan hal itu membuat Daffa kesal saat ini, jika saja orang orang itu tahu mengenai status Gina. Daffa bisa pastikan, mereka semua tidak akan berani melakukan hal seperti ini di depannya dengan gampang.     

"Santai bang, santai ini hanya sebentar besok dia akan kembali menjadi istrimu," ledek Dewa. Daffa hanya menatap datar ke arah sang adik, tidak ada ucapan atau pun balasan yang dilakukan oleh pria itu. Namnu, dari tatapan terlihat dengan sangat jelas kalau Daffa tidak suka dengan kondisi saat ini, dan melihat hal tersebut, membuat ide ide jahil mulut di kepala Dewa.     

Pria itu lalu, pria meninggalkan Daffa dan juga Ares yang masih bertugas di depan sana. Dewa membisikkan sesuatu, kepada Akbar mendengar hal itu membuat Akbar melotot dengan sangat tajam. "Gila lo, cari mati. Gue gak mau ya Wa. Bahaya gila, aja ntar kalau bang Daffa ngambuk gue yang mati," ujar Akbar. Pria itu kaget dengan apa yang diucapkan oleh Dewa, Akbar tidak habis pikir dengan apa yang baru saja dia dengar bagaimana bisa Dewa memiliki rencana gila seperti itu. "Ayolah bar lu tahu kan gimana bucin nya Bang Daffa, kapan lagi nih kita kerjain tuh manusia datar," ucap Dewa.     

"Tapi nggak gitu juga kali, gue nggak mau ya ntar nyawa gue yang hilang. Lo kalau punya ide, yang rada bagus dikit ngapa. Yang lumayan bisa bikin ketawa, bukan nanti hasilnya bikin orang emosi."     

Dewa memasang wajahnya, kesal dengan respon yang diberikan oleh Akbar. Diri nya hanya mau membuat, sang Abang menjadi lebih kesal. Tapi seperti nya rencana Dewa tidak bisa berjalan dengan sempurna.     

***     

Pukul 23.00 semua nya sudah masuk ke dalam ruangan mereka masing masing, semua area kampus sudah diberikan izin untuk digunakan. Setiap ruangan yang di pakai juga selalu, di jaga oleh beberapa orang di depan nya. Hal itu supaya kondisi lebih baik, Daffa sedang duduk di tengah lapangan bersama dengan Dewa, Akbar, dan juga salah satu panitia kegiatan.     

Tidak ada obrolan serius, hanya beberapa ledekan yang dilontarkan oleh Dewa kepada Akbar dan rekan nya. Sejak tadi Daffa mengotak atik, ponsel nya. Mencoba menghubungi sang istri namun, belum juga ada balasan dari Gina.     

Hal itu membuat, Daffa sedikit bad mood karena sang istri tidak membalas pesan nya.     

"Permisi!!" ucap seseorang di belakang. Ke empat pria itu, menoleh di sana ada Gina dan juga Sekar serta Acha yang membawa sebuah nampan. Senyum manis tercetak dengan jelas di wajah Gina, hal itu membuat Daffa yang cemberut seketika langsung bahagia.     

"Pop mie dan kopi susu, adalah nikmat yang tidak terduakan. Apa lagi, di antar oleh bidadari kampus," ujar pria yang bernama Ucup itu. Semua nya tertawa, termasuk Daffa. Sejak tadi pria itu tidak sedikit pun mengeluarkan ekspresi nya. Hanya datr dan datar, membuat beberapa orang takut dengan nya.     

"Silakan di makan," ujar Acha.     

Semua pria itu mengambil satu demi satu minuman dan juga makanan yang di berikan oleh Acha. Berbeda dengan Daffa yang hanya diam, sambil menatap ke arah Gina yang juga menatap nya.     

"Bucin … bucin," teriak Dewan semuanya tertawa mendengar ucapan dari Dewa, kecuali Ucup yang tidak tahu apa yang di maksud oleh Dewa. "Yang bucin siapa?" tanya Ucup dengan polos nya. Mendapatkan pertanyaan itu, membuat Dewa terdiam laki laki seolah sedang memikirkan sesuatu. "Udah makan aja itu pop mie. Entar lo bakalan tahu sendiri," jawab Dewa.     

Ucup yang semakin tidak mengerti hanya menatap satu demi satu teman nya tapi tidak ada satupun yang mengatakan apa yang dimaksud oleh Dewa. Gina dan Daffa juga sudah duduk berdampingan.     

"Dunia milik berdua, yang lain ngontrak," ujar Akbar. Sindiran demi sindiran yang dilakukan oleh Akbar dan Dewa tidak membuat Daffa bergeming, pria itu tetap tidak peduli sedangkan Gina pipi nya sudah merah merona.     

"Tidur gih, udah malam," bisik Daffa.     

"Nanti mas, langit malam ini begitu indah. Lihat banyak bintang yang bertebaran, jadi sangat jika harus di tinggalkan," ujar Gina.     

Kedua nya saling menatap ke arah atas, Daffa dan Gina tetap di tempat mereka, hanya para sahabatnya saja yang sedikit menjauh, Ucup yang tidak mengerti sejak tadi bertanya tanya namun, tidak ada satu orang pun yang menjawab pertanyaan yang diberikan.     

"Ponsel kamu mana?" tanya Daffa.     

"Ada ini dalam saku," ujar Gina. Wanita itu mengeluarkan, ponsel nya dan ketika di lihat sudah banyak panggilan dan pesan singkat dari sang suami. Gina menatap ke arah Daffa dengan tatapan yang begitu tidak enak, wanita itu takut jika sang suami marah. "Maaf ya Mas. Tadi aku buatin kalian pop mie dan kopi, jadi gak kedengeran," jelas Gina.     

Gina sudah takut jika sang suami marah namun, hal yang terjadi membuat diri nya terdiam. Daffa mengambil ponsel nya dan menyimpannya di dalam kantong nya lalu menarik Gina ke dalam pelukan. Duduk di kursi ini, sambil menatap ke arah langit yang begitu indah. Tidak ada penolakan yang dilakukan oleh kedua nya, mereka seolah lupa dengan kondisi yang ada. Jaket yang di gunakan oleh Daffa juga sudah melekat dengan indah di pakai oleh Gina.     

Kedua nya saling berbincang, semua hal menjadi topik perbincangan yang di lakukan oleh mereka. Sesekali, Gina tertawa lepas, para sahabat Gina yang ada di sana saling melempar pandangan satu dengan lain nya. "Kalau udah gini, dunia milik berdua banget gak. Kasihan banget si Ucup," ujar Akbar.     

"Tunggu dulu deh. Itu Abang tentara sama Gina, pacaran atau gimana sih?" tanya Ucup. Laki laki itu, masih bingung dengan kondisi saat ini, yang membuat diri nya bingung akan semua nya. Akbar dan Dewa hanya saling menatap berbeda dengan Sekar dan Acha yang sudah beranjak dari tempat nya. "Kita mau balik ke basecamp. Lo berdua jelaskan, ya kita pergi," ucap Sekar. Mendengar hal itu ingin rasa nya Dewa pergi namun, nyata nya tidak bisa. Helaan nafas panjang terdengar dengan sangat jelas, Dewa bingung harus menjelaskan semua nya dari mana dan memulai dengan apa.     

"Udah mulai dari nol aja Wa," ucap Akbar. Hal itu membuat Dewa menatap tajam ke arah Akbar yang selalu saja bercanda di saat saat yang tidak tepat apa lagi di saat seperti ini. "Anjirr, mata lo mau keluar? Santai aja bro … santai," balas Akbar.     

"Intinya mereka ada hubungan yang spesial," jawab singkat Dewa.     

"Waduh. Kacau dong," ucap Ucup.     

Dewa dan Akbar saling menatap satu dengan lain nya, karena bingung dengan ucapan yang baru saja mereka dengar dari mulut Ucup. "Emang kenapa cup? Apaan yang kacau," ucap Dewa.     

"Ya kacau … kalau Abang tentara tahu, rencana nya Mike sama Gina."     

Emang apaan sih rencana sih Mike, bule lokal itu. Sampai kacau gini?" tanya Akbar.     

Kedua nya yang hanya bersikap biasa biasa saja, tiba tiba ikut penasaran. Semua itu karena cara bicara Ucup, membuat kedua nya jadi ikut berdebar.     

"Mike mau nembak Gina di lapangan besok pagi." Mereka semua terdiam, tidak ada satu ucapan pun yang terdengar, hanya suara jangkrik yang terdengar sangat jelas. "Oh mau nembak, lucu sekali sih Mike. Jadi dia mau nembak Gina gitu?" tanya Dewa lagi. Namun, pria itu langsung melotot tajam setelah mencernah apa yang di ucapkan oleh Ucup benar benar membuat Dewa merasakan sebuah ketakutan yang luar biasa kuat. Bukan hanya Dewa, tapi Akbar juga. Kedua nya bisa melihat bagaimana tadi rasa cemburu Daffa kepada Gina, bagaimana jika pagi nanti hal yang lebih lagi terjadi.     

"Nah kan gawat atuh, gue tahu Mike aja gimana? Atau biarin aja, biar si Mike yang sombong itu di lelepin oleh Abang tentara," ucap Ucup.     

Dewa dan Akbar tidak tahu harus bersikap seperti apa, yang jelas kedua orang itu bingung harus berbuat seperti apa. Karena mencegah Mike juga tidak mungkin, "Bener kata Ucup biarin aja Wa. Biar bang Daffa yang bertugas, jika besok tinggal menyaksikan nya saja," ucap Akbar. Dewa menganggukan kepalanya, mereka kembali fokus dengan kegiatan yang mereka lakukan . Urusan besok, akan menjadi rahasia besok. Tidak ada yang bisa dilakukan lagi, jika takdir berkata lain.     

***     

Gina terbangun di dalam pelukan sang suami, cahaya matahari benar benar terasa di kulit mereka. Di lihatnya pria yang ada di samping, membuat Gina tersenyum, bahagia namun, Gina langsung berusaha beranjak dari sana wanita itu tidak mau orang lain melihat mereka. Semalaman, Gina dan Daffa tidur di sofa lapangan.     

"Mas … mas Daffa, bangun udah siap."     

Gina berusaha membangunkan suami nya itu, wanita itu menggoyangkan lengan sang suami. Hingga akhir nya Daffa membuka mata nya, pria itu begitu bahagia tersenyum ke arah sang istri hingga Daffa ingin mendekatkan diri nya kepada sang istri namun, di larang oleh Gina. "Morning kiss sayang," ucap Daffa. Mata Gina melotot tajam, jika di dekat oleh orang lain, bisa bisa hal itu menjadi gempar.     

"Jangan aneh aneh Mas. Ini kampus, udah kamu buruan bangun. Aku mau ke dalam basecamp dulu," ucap Gina. Setelah mengatakan hal itu, Gina langsung beranjak dari tempat tersebut sedangkan Daffa tersenyum bahagia. Semalam dirinya bisa memeluk, sang istri dengan begitu nyaman, suasana dingin yang tercipta tidak terasa karena kedua nya saling berpelukan memberikan dekapan hangat kepada Gina. Hal itu membuat tidur kedua nya begitu hangat, bahagia, dan tenang. Sambil tersenyum, Daffa beranjak dari tempat nya, pria itu lalu berjalan ke sebuah ruangan yang di khususkan untuk mereka semua.     

Pukul 08.00 pagi, semua orang sudah berkumpul di lapangan, pagi ini mereka akan sarapan bersama dan hal itu membuat Daffa bisa bertemu kembali dengan istri nya.     

Semuanya sudah berada di tengah lapangan, tidak banyak hal yang dilakukan hanya sarapan dan juga cerita singkat mereka serta beberapa orang peserta yang saling melempar candaan.     

"Na, bang Daffa belum makan tuh. Lo anterin gih," ucap Sekar. Gina langsung menganggukan kepalanya, wanita itu, segera mengambil sarapan pagi untuk sang suami dan juga beberapa temannya. Dengan langkah pasti Gina, pergi menuju mereka yang dengan setia duduk tak jauh dari mereka semua. "Di minum dan makan bang," ucap Gina. Galang dan Ares yang berada di dekat Daffa sudah menahan senyum di wajah mereka. "Makasih ibu Persit," ujar Galang.     

Mendengar hal itu membuat Gina menatap malu malu ke arah Galang, sedangkan Daffa hanya memberikan tatapan datar. "Kalem Kapt … kalem, ha ha ha." Suara gelak tawa itu membuat beberapa orang menatap ke arah mereka. Namun, hal itu tidak berlangsung lama, setelah Gina langsung beranjak dari sana. Tapi baru beberapa langkah Gina berjalan, seorang prajurit terlihat ngos ngosan berlari menuju Daffa, melihat hal itu membuat Gina mengurungkan niat nya dan mulai berjalan mendekati sang suami. Ada perasaan tidak tenang yang dirasakan oleh Gina, saat dirinya melihat orang tersebut berlari seperti itu. Gina berdiri di dekat Daffa, menunggu orang tersebut menyampaikan maksudnya.     

Raut wajah khawatir benar benar terlihat dengan sangat jelas di wajah Gina, Daffa yang mengerti hanya menganggukkan kepalanya supaya sang istri bisa percaya dengan dirinya.     

"Kapt, lapor ada sesuatu yang mencurigakan di bagian belakang." Mendengar hal itu, membuat beberapa panitia yang sedang berada tak jauh dari Daffa ikut menoleh ke arah anggota tersebut. "Dimana?" tanya Daffa dengan tenang, pria itu berusaha terlihat baik baik saja. Namun, terlihat dengan sangat jelas bahwa dirinya sedang menahan amarah.     

Daffa, Galang, dan Ares serta tiga orang anggota berjalan menuju halaman belakang, sedangkan Devan dan Heri di minta untuk tetap waspada. Untuk Aska serta tiga orang lainnya berjaga di depan gersang, Daffa juga meminta beberapa anggota lainnya untuk sigap dalam hal apapun.     

Dengan langkah pelan namun, pasti Daffa mulai mendekati sebuah gudang yang memang sejak awal menjadi pusat terpenting yang dicurigai oleh Daffa.     

"Kalian tetap diam, jangan lakukan apapun jika tidak saya minta," bisik Daffa. Semua yang ada di sana menganggukan kepala nya, lalu dengan pelan Daffa mendobrak pintu tersebut. Betapa kaget nya Daffa ketika melihat, seorang wanita yang hampir terlanjag berada di dalam kunjungan lima orang pria yang Daffa kenal adalah senior di kampus ini.     

"Apa apaan ini," bentak Daffa dengan keras. Kelima orang itu terkejut dengan kedatangan Daffa, yang lebih membuat Daffa berang adalah mereka menemukan beberapa barang haram yang ada di tempat tersebut.     

Kelima pria itu berusaha untuk keluar dari tempat tersebut namun, di lumpuhkan oleh Galang dan Ares. Daffa langsung meminta anggota nya untuk menyelamatkan gadis tersebut. Beberapa pihak kampus yang mendengar hal itu segera mendekati ruangan tersebut, mereka yang memang stay dan berada di ruang dosen sekarang turun saat mendapatkan kabar ada hal yang tidak beres.     

Seolah hal seperti ini, akan terjadi mereka juga seperti sudah menduganya.     

"Bawa mereka semua," perintah Daffa. Pria itu tidak pernah mau memaafkan orang yang berani melecehkan wanita dan juga menggunakan barang haram. Karena dia tahu, jika pria sudah melakukan hal itu maka hidup nya akan kacau dan merusak orang di sekitar mereka.     

Seluruh orang yang berada di sana, langsung histeris melihat beberapa pria yang di tangkap. Barang bukti dan juga saksi seorang wanita, sudah di amankan oleh Daffa, pria itu juga langsung menghubungi temannya dari pihak kepolisian, karena hal seperti ini lebih baik di selesaikan oleh mereka.     

Saat sedang menunggu polisi, seorang dari mereka berlima berusaha untuk kabur, hingga bangku hatam pun terjadi. Daffa dengan sigap langsung mengejar orang tersebut, hingga tanpa sengaja pria itu menabrak Gina menyebabkan istri nya terjatuh, aura marah dapat di lihat dengan sangat jelas.     

"Brengsek," umpat Daffa. Dengan sekali tinju an Daffa berhasil membuat pria itu bertekuk lutut, beberapa anggota Daffa langsung mengamankan orang tersebut.     

"Kamu nggak apa apa?" tanya Daffa dengan sangat khawatir. Pria itu langsung memeluk Gina, dan sontak saja hal itu membuat beberapa orang yang tidak tahu merasa kesal dan cemburu. Para wanita tersebut menatap iri ke arah Gina, bahkan ada dengan terang terangan tidak suka. "Aku baik baik aja, Mas. Kamu kembali aja urusin mereka, aku juga mau balik mengurus acara," jawab Gina. Daffa menganggukkan kepalanya, kedua nya lalu fokus dengan tugas dan tanggung jawab mereka.     

Acara penutupan pun berjalan dengan sangat lancar, semua nya juga sudah bersiap dengan sempurna. Beberapa orang peserta juga sudah mulai bubar, hanya tinggal para panitia yang masih berada di sana..     

"Na … bang Daff bilang, dia nunggu lo di parkiran," ucap Dewa. Gina tersenyum dan menganggukkan kepala nya, saat di kampus Gina yang meminta Dewa untuk tetap memanggil diri nya dengan sebutan nama. Gina tidak mau membuat banyak orang curiga, dan juga tidak ingin membuat jarang di antara mereka. "Lo ikut bareng kita, kan?" tanya Gina.     

"Jelas dong. Yang dipake mobil gue, masa gue gak ikut kan rugi," jawab Dewa. Gina tertawa, mendengar hal itu, tidak ada nada serius. Daffa akan pulang ke kesatuan bersama dengan istri dan adiknya, urusan para anggota di serah kan oleh Daffa kepada Galang, sebagai wakil nya.     

"Ya kali aja gitu. Mau pulang sendirian," ujar Gina. Raut wajah Dewa terlihat kesal. "Enak di kalian berdua, gak enak di gue kali. Mobil mobil gue, eh lo berdua yang nikmati. Ogah banget, entar lo buat ponakan pula di mobil gue. Awas aja, makanya gue harus jagain mobilnya," jawab Dewa. Sebuah pukulan di lengan Dewa mendarat dengan baik dan benar, pukulan itu bukan berasal dari Gina tapi dari Daffa.     

"Sakit beg …,"     

Ucapan yang akan di lontarkan oleh Dewa terhenti, ketika melihat siapa orang tersebut. Pria itu langsung terdiam di tempat nya, tidak jadi melanjutkan pembicaraan nya. Sedangkan Daffa hanya menatap datar ke arah sang adik.     

"Udah?" tanya Daffa dengan nada yang begitu lembut, sungguh Daffa yang seperti ini sangat berbeda dengan Daffa lainnya hal itu membuat Dewa mendengus kesal. "Sama adik nya kasar banget, sama istri nya lembut banget. Tega kamu mas tega," ucap Dewa dengan penuh drama. Mendengar hal itu bukan nya mendapatkan pelukan tapi kembali sebuah pukulan ringan di kepala Dewa terjadi. "Bang kepala gue tiap tahu di zakatin loh. Kasih tahu ibu sama bapak entar," ucap Dewa. Gina tertawa melihat interaksi yang dilakukan oleh suami nya itu, interaksi yang begitu hangat.     

Meskipun Daffa sangat terlihat datar, tapi Gina tahu jika suami nya itu begitu menyayangi sang adik Dewa. Terlihat dari kedua nya yang saling membantu seperti saat ini.     

***     

Wajah Dewa terlihat cemberut dan kesal, pria itu berusaha untuk tidak melihat kemesraan yang di lakukan oleh Daffa dan juga Gina.     

"Gue berasa jadi supir beneran ini, astaga kalau tahu gini mending gue bareng Akbar aja tadi, biarin aja mobil jadi tempat pembuatan keponakan gue dari pada ntar gue lihat secara langsung."     

Sejak tadi Dewa terus saja mengomel, melihat kelakuan Abang nya yang sudah terjangkit virus bucin yang begitu parah. Bagaimana tidak saat ini Daffa dengan santainya memeluk istri nya dengan begitu erat, dan menampilkan kemesraan yang sangat intens. Jiwa jiwa jomblo yang ada di dalam tubuh Dewa beronta tinta melihat kemesraan kedua nya.     

"Mas jangan gini deh, gak enak sama Dewa," ucap Gina. Wanita itu sejujurnya malu, di depan orang lain keduanya saling berpelukan. Sedangkan Daffa, masa bodo. Pria itu, tidak memperdulikan ucapan sang istri dan sindiran dari adiknya.     

Tiga puluh menit, mobil tersebut sudah sampai di depan rumah Daffa, Dewa berjalan keluar lebih dulu. Pria itu akan beristirahat di rumah ini, terserah abangnya mau marah atau tidak, Dewa sudah sangat lelah dan ingin segera tidur.     

"Gue numpang tidur, makan, mandi. Terserah lo berdua mau mengizinkan atau gak. Yang jelas gue mau di sini," ujar Dewa. Pria itu langsung masuk ketika pintu rumah terbuka. Dewa seketika mengambil tikar dan membentang ya di ruang tamu rumah tersebut.     

"Udah Mas biarin, kamu masuk kamar mandi. Aku mau beresin barang dulu," ujar Gina. Daffa menggelengkan kepalanya, pria itu lalu meminta sang istri untuk mandi dan segera istirahat.     

Gina mau tidak mau hanya menurut saja, wanita itu langsung masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Daffa masuk ke dalam satu satu lagi mengambil sebuah matras dan memberikannya kepada Dewa.     

"Pake ini aja biar gak sakit," ucap Daffa. Dewasa langsung membuka mata nya, pria itu langsung membentang matras dan tidur di atasnya tak lupa banyak dan juga guling di ambil oleh Dewa. Pria itu tertidur di sana, sedangkan Daffa masuk ke dalam kamarnya.     

***     

Pukul 17.00 Gina baru bangun dari tidurnya, sungguh rasanya begitu nikmat tidurnya sangat nyenyak membuat diri nya tidak sadar jika hari sudah mulai gelap. Gina lalu keluar dari dalam kamarnya. Sedikit terdengar suara Dewa dan Daffa yang entah memperebutkan apa.     

"Gue mau ini bang, lo kan beli empat bagi gue kenapa."     

"Kalian ributin apaan sih?" tanya Gina. Kedua pria itu menoleh ke arah Gina, "Suami lo pelit banget, dia beli krim sup empat bagi gue satu aja masa kagak mau," ucap Dewa.     

"Mas beliin ini, buat kamu. Makanya Dewa gak boleh," jelas Daffa.     

"Gak apa apa Mas. Ini udah banyak, nanti gak habis biarin aja di makan Dewa." Daffa ingin protes namun, tidak bisa akhir nya pria itu menyetujui apa yang diinginkan oleh istri nya. Mereka lalu makan bersama, Daffa membeli banyak ayam goreng dan juga krim sup dan sup hangat untuk mereka semua.     

Udara malam dan keadaan Bandung yang memang sedang dingin, membuat makanan tersebut bisa menghangatkan tubuh mereka.     

"Gue nginep sini ya bang. Badan capek banget, ntar lo coba telpon ibu ya. Kalau gue yang nelpon pasti suruh pulang, capek gue," ujar Dewa. Daffa hanya membalas dnegan anggukan kepalanya, pria itu juga kasihan dengan sang adik jika harus pulang. Di rumah ini juga ada tiga kamar jadi, Dewa bisa tidur di kamar tersebut. Gina juga setuju akan hal tersebut.     

##     

Selamat membaca buat kalian semua, dan terima kasih ya. Love you     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.